Hindari pemikiran bahwa anak masih terlalu kecil mengenal disiplin. Disiplin perlu, lho, diterapkan sejak usia dini. Mulai usia 1-2 tahun atau biasa disebut dengan masa toddler, anak butuh batasan dan lingkungan yang jelas strukturnya.
Di usia 1-2 tahun anak sedang ingin mencoba sejauh mana ia bisa menguasai, mengatur atau memanipulasi lingkungan sekitarnya. Jika tidak ada batasan, anak akan belajar melepas keinginan sesuka hati. Jadi percayalah bahwa batasan atau aturan itu perlu, bahkan sejak dini.
Anak perlu tahu, ada batasan yang tidak boleh ia lewati, ada aturan yang harus ia ikuti. Ini juga nanti akan berdampak ketika anak mulai memasuki lingkungan sekolah. Dengan adanya aturan, anak juga akan merasakan adanya kepastian, dan ini akan memberikan rasa aman dan nyaman. Selain penerapan aturan konsisten, tentu diperlukan juga langkah-langkah disiplin lainnya yang pas untuk anak seusia ini. Berikut di antaranya:
- Time-out, prinsipnya adalah menghentikan atau mengeluarkan anak dari aktivitasnya karena perilaku kurang baik yang ia lakukan. Mengingat anak balita cenderung sulit diam, untuk kelancaran time-out Anda perlu menghentikan aktivitas Anda sendiri untuk menemani anak di sudut time-out selama waktu ditentukan.
Berapa lama? Waktu yang dianjurkan adalah satu menit untuk setiap tahun usia anak, misalnya 2 tahun, ya, 2 menit. Anak perlu merasakan time-out ini dengan diam di sudut dan tidak melakukan apa-apa. Temani anak dengan memunggunginya agar anak tidak merasa justru Anda menemani dan mengajaknya bermain. Lakukan ini secara konsisten dan anak pun akan mengerti konsep time-out ini.
Jangan lupa lakukan segera setelah perilaku negatif anak muncul. Anda juga bisa melakukan sebaliknya, misalnya anak membanting mainan sehingga rusak, Anda bisa memberikan time-out pada mainan tersebut artinya anak tidak boleh memainkan mainan tersebut selama waktu yang ditentukan.
- Pengalihan perhatian. Untuk anak yang masih sangat belia, terkadang lebih mudah menghentikan perilaku negatifnya dengan cara mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Misalnya, ketika anak ingin memegang barang elektronik yang dikhawatirkan akan berbahaya, alihkan perhatian anak ke hal lain seperti mainan favoritnya. Anda juga bisa membawa anak berjalan keluar sehingga ia lupa akan tujuan awalnya.
- Mengabaikan perilaku tantrum. Ini terkadang agak sulit dilakukan para orangtua mengingat tantrum pasti hadir dalam bentuk emosional sehingga orangtua juga bisa ikut terpancing emosinya. Kendati sulit, anak perlu belajar bahwa dia tidak bisa mendapatkan keinginan dengan cara tantrum.
- Memberikan ketegasan positif pada anak. Cara ini seringkali lebih efektif daripada memberikan hukuman terhadap perilaku negatif anak. Anak Anda sebenarnya sedang berusaha 'mendata' mana saja dari perilakunya yang mendapatkan perhatian dari Anda. Oleh karena itu, berikan perhatian berupa pujian ketika anak melakukan sesuatu positif, maka kelak perilaku ini juga akan cenderung diulang anak karena dia tahu Anda akan memberikan perhatian padanya.
Sabtu, 10 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar