Rabu, 04 Januari 2012

Hadapi Balita yang Suka Membantah

Fase ‘No, no, no’ itu akan berakhir seiring bertambahnya usia anak. Menghadapi ulahnya yang sering membantah, lebih baik Anda  menggunakan cara-cara berikut: 
Merespon dengan humor. Jangan terpancing untuk marah, apalagi bila anak ngotot melakukan sesuatu yang tidak berbahaya.  Cukup katakan, ”Oh, kamu memasukkan kue ke gelas supaya kuenya berenang ya? Padahal kuenya lebih senang bila berada di perut kamu, lho.”
Tetap ingatkan kewajibannya. Untuk hal-hal yang memang harus dilakukan anak, jangan biarkan dia bebas dan ingatkan terus. Semisal tugas membereskan mainan atau menggosok gigi, katakan dengan nada tegas namun tidak berteriak.
Gunakan psikologi terbalik. Ketika anak menolak mandi, Anda bisa bilang begini, ”Oh, kamu tidak mau mandi. Okey, tidak apa-apa. Biar saja nanti badannya bau dan digigiti nyamuk.” Dengan psikologi terbalik, anak akan berpikir bahwa Anda tidak peduli terhadap reaksinya. Itu akan memancing ia berbuat sebaliknya untuk mendapat respon Anda.
Menyuruh dalam nada meminta, misalnya, ”Boleh ibu minta buku kamu?” lebih baik untuk  ego anak daripada nada memerintah seperti “Ayo, bawa sini bukunya!”
Terangkan dengan spesifik apa yang Anda ingin anak lakukan.  Misalnya, katakan “Yuk, taruh bonekamu di dalam kotaknya,” daripada “Ayo, kembalikan mainannya!”
Ajarkan anak kata-kata  untuk mengekspresikan perasaan. Terkadang anak memberondong  Anda dengan kata "tidak"  hanya untuk menunjukkan perasaan tidak senang, protes, atau  marah pada sesuatu. Coba cek dengan bertanya padanya, ”Kamu lagi marah, ya? Apa yang membuat kamu marah? Coba bilang sama Bunda." Lalu, dengarkan perkataan anak sambil membantunya memilih kata-kata.
Lupakan sifat bossy Anda. Tidak ada orang yang senang diperintah, bukan? Karena itu, wajar jika anak  menolak duduk di car seat karena nada perintah Anda seperti diktator: "Duduk di kursimu!". Lebih efektif bila menyampaikan instruksi secara bersahabat, namun jelaskan konsekuensi bila anak melanggar, misalnya, “Okey, kita sudah duduk di mobil. Tapi kamu harus  duduk di kursimu, supaya kalau ibu merem mendadak, kamu tidak mental".  Jangan lupa, nada suara juga penting. Tidak perlu berteriak atau membentak.
Angie T.Cranor, Ph.D, asisten professor dari jurusan perkembangan di universitas North Carolina di Greensboro, AS, mengatakan, daripada melarang anak untuk melakukan sesuatu,  lebih baik minta dia melakukan sesuatu. Kalimat seperti “Jangan berguling di lantai dengan baju barumu” dapat memancing argumentasi. Lebih baik katakan,  “Coba kamu duduk di kursi, supaya baju baru kamu tidak kotor.”  
Mengalihkan perhatian ketimbang melarang. Suatu hari, Alya bermain-main dengan gelas minumannya. Berkali-kali ia memasukkan kue, permen dan lainnya, ke dalam gelas. Dua puluh kali bundanya mengatakan ‘jangan’, tidak mempan. Akhirnya, bunda Alya menyadari bahwa kata ‘jangan’ tidak bisa digunakan untuk membuat Alya menghentikan tindakan impulsifnya. Ia pun mengalihkan perhatian Alya dengan melakukan aktivitas yang mirip, seperti memberi makan ikan di akurium atau bermain dengan bebek-bebek plastik di bak mandi. Berhasil!
Cari kata spesifik selain “jangan”,  untuk mencegah aktifitas yang membahayakan anak. Misalnya, ketika dia bermain-main dengan tempat sampah, reaksi Anda mungkin mengatakan “Jangan!”.  Cobalah memilih kata lain yang lebih efektif, misalnya, “Hi, jijik! Main kotak sampah bisa membuatmu sakit.”  Katakan dengan ekspresi yang mendukung.
Berikan kata positif dengan kata awal yang mengandung konotasi negatif. Misalnya, “Kamu tidak boleh main pisau, tapi kamu boleh main bola.” Atau “Kamu tidak boleh menyeberang jalan sendiri tapi kamu boleh menemani Mama menyeberang jalan.” Gunakan ekspresi meyakinkan untuk menekankan bahwa ia boleh melakukan sesuatu  tetapi dalam cara yang positif. Ini adalah cara kreatif dalam memberi anak pilihan tanpa melarangnya terus-menerus.  


Teknologi Perlu Bagi Anak, Tapi Jangan Kecanduan


Mengenalkan teknologi kepada anak memang bisa dilakukan pada usia dini. Karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh positif bagi anak. Tapi jangan sampai keterusan sehingga anak lupa waktu untuk aktivitas lain yang lebih berguna bagi tumbuh kembangnya.

Produk yang bisa membuat anak kecanduan teknologi sehingga lupa waktu, diantaranya:

Televisi. Salah satu kesalahan orang tua adalah membebaskan anak untuk melihat televisi kapanpun dan menyerahkan semuanya ke babysitter. Anda sebaiknya menyiapkan aktivitas yang menarik untuk balita Anda seperti permainan balok, aneka boneka (untuk perempuan) atau mobil-mobilan unik untuk anak laki-laki, atau permainan lainnya. Tujuannya agar balita Anda sibuk dan tidak terus terpaku pada acara televisi yang belum tentu berefek positif dengan usianya. Usahakan pula selalu menemani anak saat mereka nonton televisi agar mampu menyeleksi acara mana saja yang boleh ditonton dan tidak.

Komputer. Seperti halnya televisi, komputer kini bukan lagi barang aneh di setiap rumah dan bagi balita sekalipun. Tempatkan komputer di ruang keluarga sehingga dengan mudah Anda mengawasi apa saja yang dilakukan anak saat menggunakan komputer. Jika memungkinkan, sediakan komputer khusus untuk anak Anda dan didalamnya hanya diinstal program yang mendukung positif perkembangan anak.

Video game. Saat ini banyak variasi game yang kerap dijadikan rengekan anak-anak saat minta hadiah. Seperti Playstation, Nintendo, Xbox, Wii atau perangkat game lainnya yang kerap membuat anak lupa waktu. Anda bisa melarang sama sekali permainan video game tersebut. Atau Anda bisa membolehkan dengan aturan yang jelas, semisal maksimal hanya 1 jam sekali per hari. Cermati pula game-game yang dimainkan dan hanya sediakan game yang memang dibuat untuk anak-anak.

Kecanduankah Anak Anda?. Anak Anda bisa dikatakan kecanduan perangkat teknologi jika mereka:
- Melupakan waktu makan, waktu tidur terganggu atau bergeser dan malas masuk sekolah / prasekolah
- Hanya senang saat di depan komputer, TV atau video game, dan perilaku kurang baik saat anak Anda berhenti bermain
- Lebih tertarik dengan video game ketimbang bermain dengan teman
- Berbohong agar bisa main game
- Bisa memicu kegemukan karena badan anak kurang bergerak
- Mata memerah karena terlalu lama di depan layar komputer atau televisi