Sabtu, 26 November 2011

Tip Pilih Taman Bermain

Mulai pilih-pilih Taman Bermain yang oke untuk si Batita? Jangan sembarangan memilih Taman Bermain lho. Pilih yang benar-benar sesuai dengan minat dan berkualitas bagus. Berikut Ayahbunda berikan tip-tip memilih Taman Bermain  atau playgroup untuk si Batita.
  • Pilih sekolah yang memiliki program sesuai usia anak.
  • Perhatikan durasi atau lamanya aktivitas di Taman Bermain. Durasi yang terlalu panjang bisa membuat si kecil cepat lelah atau bosan. Pertimbangkan juga kapan dia harus beristirahat.  
  • Perhatikan waktu (hari dan waktu) kapan si kecil harus 'bersekolah'. Anda juga perlu mempertimbangkannya dengan waktu tidur siang dan jam-jam kapan si kecil sedang aktif-aktifnya.
  • Perhatikan lokasi sekolah. Lokasi sekolah sebaiknya tidak terlalu jauh, agar anak tidak bosan dan lelah di perjalanan.
  • Cermati fasilitas dan kondisi tempat bermain, keamanan dan kenyamanan lingkungan sekolah, dan kesehatan guru.
  • Tak ada salahnya ikut free trial di sekolah tersebut.
  • Perhatikan reaksi anak. Apakah ia senang? Nyaman? Sesuai minat atau justru tertekan dan tidak senang?

Si Batita masih dalam tahap proses pengembangan motorik, emosi, dan sosialnya. Itu sebabnya pemilihan Taman Bermain untuknya harus benar-benar dicermati agar sesuai dengan perkembangannya. Bahkan jika memungkinkan, dampingilah si kecil di sekolah.

Menepis Mimisan

Banyak cara menghentikan keluarnya darah dari hidung si kecil. Lakukan sesuai usianya, karena cara mengatasi mimisan antara bayi dan balita berbeda. Simak cara mengatasinya.

Darah yang mengalir dari cuping hidung balita ini terjadi karena ada pembuluh darah balik kecil di hidung, bisa depan atau belakang, yang “pecah” atau robek. Kondisi ini biasanya akibat:
  • Terkena kuku saat balita membersihkan atau mengorek hidung  dengan jari.
  • Menghembuskan napas atau membuang ingus terlalu kuat.
  • Hidung terbentur sesuatu yang keras saat bermain atau terjatuh.
  • Kelelahan akibat keasyikan bermain.
  • Demam tinggi.
Mengatasi mimisan pada bayi: 
  • Posisikan tubuhnya dalam keadaan duduk tegak, agak condong ke depan. Jangan membaringkan tubuhnya, karena kalau darah tertelan, balita akan mual atau bahkan muntah.
  • Tekanlah bagian bawah (cuping) hidung dengan jempol dan jari tengah Anda. Upayakan menekan dengan lembut, tapi cukup kuat dan tidak berubah-ubah posisi.
  • Bujuk balita yang mungkin akan berupaya melepaskan jepitan jari Anda dari hidungnya, dan ajarkan cara bernapas lewat mulut.
  • Lakukan penekanan ini selama 5 menit. Kalau mimisan belum berhenti, tekan lagi sampai 10 menit. Gunakan arloji atau pengukur waktu lainnya, agar lamanya waktu menekan hidung balita tepat 10 menit.
  • Bila setelah 30 menit mimisan masih berlangsung, segera ke klinik atau rumah sakit terdekat.
Mengatasi mimisan pada balita:
  • Minta balita duduk tegak, agak condong ke depan, sehingga aliran darah menjadi lebih lambat. Jangan membaringkan tubuhnya.
  • Minta balita bernapas lewat mulut.
  • Tekan cuping hidungnya dengan langkah-langkah yang sama seperti mengatasi mimisan pada bayi. Jika mungkin, ajarkan balita cara menekan kedua lubang hidungnya dengan menggunakan jari tangannya sendiri.
  • Saat balita menekan hidungnya sendiri, atau dengan bantuan Anda, alihkan perhatiannya dengan membacakan buku cerita, menonton TV, atau memutar film anak-anak.
  • Biasanya mimisan akan berhenti setelah  5–10 menit. 
  • Setelah mimisan berhenti, minta balita untuk tidak bermain “kasar” dulu, seperti lompat-lompat atau berlari, selama beberapa jam. Tujuannya, memberi waktu agar mimisannya benar-benar berhenti.
  • Katakan pada balita agar tidak menggunakan jarinya untuk membersihkan hidungnya, menghembuskan napas dengan keras, dan menggaruk lubang hidungnya selama beberapa hari.
  • Kalau setelah 30 menit mimisan belum juga berhenti, segera bawa anak ke dokter.

Rabu, 23 November 2011

Nutrisi Seimbang Penting Untuk Kecerdasan!

Nutrisi seimbang penting untuk meningkatkan dan “memelihara” kecerdasan otak. Karena bila status gizi anak kurang atau buruk, daya tahan tubuh turun dan mudah sakit. Akhirnya mempengaruhi kinerja otak.

Otak cerdas dimiliki oleh anak yang sehat. Dan untuk menyiapkan anak cerdas harus disiapkan sejak dalam kandungan. Pertumbuhan optimal otak adalah 2 tahun pertama, sehingga penting untuk memperoleh ukuran besar otak yang optimal. Salah satunya dengan mengonsumsi makanan sehat.

Makanan sehat adalah yang mengandung nutrisi seimbang. Nutrisi seimbang adalah nutrisi yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Berisi berbagai bahan makanan dengan komposisi seimbang, yakni karbohidrat (55-60%), lemak (20-30%), dan  protein (hewani dan nabati: 15-25%).

Banyak penelitian membuktikan pentingnya nutrisi untuk peningkatan maupun “memelihara” kecerdasan otak. Seperti yang diungkapkan oleh Dr.Tinuk Agung Meilany, SpA, Ahli Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak, RS Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, saat hadir sebagai pembicara dalam Smart Parent Conference Optimizing the Golden Years bersama Ayahbunda dan Frisian Flag di Yogyakarta, Sabtu-Minggu (17-18/7). Tinuk mengatakan apabila status gizinya baik, tubuh anak akan lebih sehat. Dia bisa belajar, tumbuh dan berkembang lebih cerdas. “Rumus ini berlaku sebaliknya bila anak memiliki status gizi kurang atau buruk sehingga anak menjadi tidak sehat, daya tahan tubuh turun dan mudah sakit, dan pada akhirnya anak tidak bisa belajar atau bertambah pandai,” lanjutnya.

Menurut Tinuk, nutrisi seimbang harus diperoleh anak setiap hari, berkesinambungan dan terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Pola makan yang lengkap untuk anak adalah 3 kali makan lengkap (nasi, lauk pauk hewani dan nabati, sayur), 2 kali makanan selingan berupa buah dan kue serta minuman, dan 2 - 3 kali minum susu.

Tinuk menambahkan, jumlah kalori yang diberikan pada anak harus disesuaikan kebutuhan Berat Badan (BB) ideal.

Tips Memberi Permen Pada Balita

Rasa permen yang enak dan manis membuat balita ketagihan. Apalagi jika tidak ada aturan di rumah mengenai konsumsi permen. Permen tidak akan menjadi buruk, jika dikonsumsi dengan tepat secara moderat dan memilih permen yang bermutu baik. Berikut tip memberi permen pada balita:
Frekuensi.
  • Ciptakan hari makan permen satu bulan sekali. Atau, jadikan permen hadiah istimewa dengan frekuensi pemberian tidak sering. Jumlahnya maksimal 2 butir.
Pilih yang sehat.
  • Pewarnanya harus pewarna makanan.
  • Gula murni bukan buatan (misalnya, sakarin dan siklamat yang meninggalkan after taste getir di lidah).
  • Tidak berformarlin (seperti permen white rabbit, manisan asam Kiamboy, permen Anggur), tidak ber-kola atau berefek pop rock.
  • Gum di permen lunak terbuat dari getah tumbuhan, aman ditambahkan.
  • Permen jelly yang kenyal, bahannya bisa tepung konyaku atau gelatin. Tepung konyaku dari umbi-umbian, dari sisi kehalalan lebih aman dari gelatin. Permen berbahan serat dari jeli melancarkan pencernaan dan menurunkan kolesterol darah.
  • Permen cokelat baik dikonsumsi karen amngandung lemak, karbohidrat, protein, asam amino triptofan, fenilalanin, serta tyrosin.
Reputasi produsen.
  • Dikemas baik dan higienis, mencantumkan kandungan, kode produksi dan kadaluwarsa, dan izin Departemen kesehatan RI.
  • Hindari permen home industry yang asal-usulnya tidak jelas, misal, cotton.
  • Hindari permen yang pernah diberitakan berbahan berbahaya, seperti permen impor dari Cina.
Aman bagi balita.
  • Misal, loli bertangkai, permen kunyah atau chewy yang mudah dimakan.
  • Hindari permen keras isap (jika balita belum bisa mengontrol kemampuannya menelan supaya tidak tersedak), permen karet (bahaya tertelan), dan permen sangat pedas.
  • Jangan beri permen berbentuk rokok, karena studi di Unversity of Rochester, AS, menyebutkan merokok permen di masa kecil menyebabkan kebiasaan merokok saat dewasa. Diduga karena menguatkan persepsi merokok sebagai aktivitas pergaulan.
  • Ajarkan cara memakan permen yang benar. Permen isap jangan langsung digit tapi diemut hingga kecil, jangan keluar masuk mulut, jatuh harus dibuang, tidak gentian menghisap dengan orang lain.
  • Jangan makan permen sebelum makan, agar tidak merusak nafsu makan.
  • Jangan mengulun terlalu lama dapat mempengaruhi kesehatan gigi. Maksimal 30 menit.
  • Cuci mulut setelah makan permen dari sisa gula, minum atau kumr air putih. Sikat gigi akan lebih baik.
  • Puasa permen saat batuk.
  • Permen suplemen tidak bisa dimakan bebas, harus sesuai petunjuk.
  • Bila terlanjur hobi makan permen, atasi dengan beri camilan manis lain yang lebih sehat, jangan simpan permen di rumah, tolak permen sebagai uang kembalian supermarket, jangan pilih permen sebagai goody bag ulang tahun.
  • Edukasi balita untuk tidak menerima permen dari orang asing, atau selalu menunjukkan permen dari luar kepada Anda untuk dicek dulu.

Jumat, 18 November 2011

Aneka Kesalahan Saat Memberi Makan Bayi

M ungkin orang tua tak menganggapnya sebagai hal penting. Padahal, jika tahapan pemberian makan tak dijalankan secara benar, bisa membuat anak sakit.
  Saat baru lahir, bayi belum bisa makan karena ia baru belajar dan organ pencernaannya belum siap untuk mencerna makanan biasa. Karena itu, memberinya makanan harus melalui tahapan tertentu. Misal, 6 bulan pertama kehidupannya, ia hanya memperoleh nutrisi dari ASI.
"Baru setelah itu, ia diperkenalkan dengan makanan padat, dari bubur susu lalu makin lama makin meningkat sampai nasi setelah ia berusia setahun," kata dr. Budi Purnomo, Sp.A .
Toh, pada kenyataannya, masih banyak orang tua yang kurang paham akan hal tersebut meski sudah dijelaskan dokter. Yang diterapkan justru pola yang ada dalam keluarga dan sudah turun-temurun dilakukan. Padahal, risikonya tak sedikit jika bayi diberi makanan tanpa melalui tahapan yang seharusnya. Berikut sejumlah kesalahan yang sering dilakukan orang tua:
1. TERLALU CEPAT MEMBERI MAKANAN PADAT
Harusnya, baru di usia 4 (enam) bulan bayi mulai diberi makanan padat. Yang banyak terjadi, belum lagi umur 6 bulan, bayi sudah diberi makanan padat semisal pisang atau nasi. Padahal, "Bisa menyebabkan gangguan di usus. Misal, ususnya tersumbat atau melintir."
Budi menjelaskan, dinding dalam usus berisi jonjot-jonjot usus yang di dalamnya berisi enzim dengan fungsi mengolah makanan yang masuk ke dalam saluran usus. "Bayi usia 4 bulan biasanya masih sedikit enzimnya. Jonjotnya juga belum sempurna." Alhasil, makanan padat yang masuk tak diolah. "Cuma memberi rasa kenyang tapi tak diserap, karena enzim yang bertugas mencerna masih kurang."
Nah, kalau keadaannya parah, bisa terjadi perforasi alias kebocoran usus. Bahkan, bisa pecah karena makanan padat menumpuk dan tak bisa hancur di usus.
2. DIBERI SUSU MELULU
Yang juga banyak terjadi, anak hanya diberi susu karena tak mau makan. Padahal, menunda pemberian makanan padat jika memang sudah waktunya, tak baik bagi sistem pencernaan anak. Bisa bisa, jonjot-jonjot ususnya tak terangsang untuk berkembang.
Padahal, kalau kurang dirangsang, lapisan jonjot akan tetap tipis bahkan mungkin "gundul". "Masalahnya, lapisan jonjot-jonjot usus yang tipis ini akan mempengaruhi ketahanan anak. Kalau ususnya terkena infeksi, akan mudah habis dan makin terkikis."
Patut juga diingat, jika anak sudah besar hanya diberi susu, kecukupan gizinya tak akan terpenuhi dengan baik. Makin besar bayi, kebutuhan asupan makanannya juga makin besar, bukan?
3. SALAH MEMBERIKAN SUSU
Secara garis besar, susu formula dibagi dalam 2 jenis, yaitu susu formula pemula (starting formula)  dan lanjutan (follow-up formula) . Susu formula pemula sebenarnya hanya diberikan kepada anak-anak yang tak mendapat ASI. Bisa karena ASI tidak keluar atau sang ibu memiliki masalah lain. Namun yang terbaik tetaplah ASI.
Apa efeknya bila susu formula untuk anak di atas usia setahun diberikan pada bayi? Yang jelas, kandungannya berbeda. Umumnya berupa susu full cream  yang banyak mengandung laktosa. Sementara tubuh bayi baru menghasilkan enzim untuk mencerna laktosa mulai usia 4 bulan. Alhasil, susu tak tercerna dengan baik dan bisa membuat si kecil diare. Sebaliknya, kalau di atas usia setahun masih diberi susu pemula, asupan gizi jadi kurang karena susu pemula adalah susu formula yang diencerkan.
4. JALAN PINTAS VITAMIN
Orang tua pasti ingin memberi gizi terbaik bagi anaknya. Yang terjadi, sebagai jalan pintas, anak diberi aneka vitamin. Begitu juga kalau anak tak punya nafsu makan, dijejali macam-macam vitamin. Padahal, vitamin tak mutlak diberi jika makannya sudah cukup. "Kalau asupannya dirasa kurang, boleh-boleh saja dikasih vitamin," kata Budi.
Kendati boleh memberi vitamin sebagai penambah nafsu makan, "Tetap harus dicari penyebabnya, kenapa anak tak doyan makan. Jangan terus-terusan dikasih vitamin." Masalahnya, anak, apalagi bayi, sulit makan karena berbagai penyebab.
Bayi usia 6 bulan yang baru dikenalkan makanan padat, misal, tentu perlu waktu lama untuk beradaptasi. Belum lagi pencernaannya juga baru belajar mencerna makanan dan si bayi juga baru belajar mengunyah serta menelan. "Jadi, teliti dulu, benarkah ia tak nafsu makan atau karena ada masalah lain yang berhubungan dengan proses mencernanya. Misal, ia memang belum terampil menelan atau tak suka rasa makanannya."
Pemberian vitamin yang berlebihan memang tak memberi efek samping yang buruk. Toh, kelebihan itu akan dibuang secara otomatis jika tubuh sudah merasa kebutuhannya tercukupi. "Tapi tetap saja harus hati-hati. Soalnya, kebanyakan vitamin bisa membuat bayi diare," ingat Budi.
5. MEMAKAI BUMBU TAMBAHAN
Kalau jumlahnya tak terlalu banyak, masih bisa ditolerir asal tujuannya mengenalkan aneka rasa pada anak. Kaldu dan kecap juga boleh diberikan agar ia mengenal berbagai rasa. Tentunya setelah Si kecil usia 6-7 bulan, atau setelah ia boleh mengkonsumsi nasi tim.
6. PEMBERIAN TELUR MENTAH
Banyak orang tua meyakini, telur mentah bisa menambah daya tahan bayi. Padahal, justru berisiko, lo. Masalahnya, kita tak tahu persis, seberapa bersih telur. Jangan-jangan malah sudah terkontaminasi banyak kuman. "Untuk bayi dan anak, sebaiknya rebus telur sebelum diberikan. Daya tahan anak kecil masih rentan untuk melawan kuman," ungkap Budi.
7. MENU TAK SEIMBANG
Ini juga amat sering terjadi. Mentang-mentang anak suka bubur, orang tua memberinya terus-menerus tanpa variasi. Padahal, seperti dijelaskan Budi, antara karbohidrat, lemak, protein, buah, dan sayuran harus diberikan secara seimbang. Variasi makanan juga penting agar si kecil mengenal berbagai rasa dan tekstur makanan.
8. TAK BERSIH
Masalah yang satu ini juga sering dianggap enteng. Padahal, daya tahan tubuh bayi/anak masih rentan. Mereka perlu makanan dan alat makan yang bersih/steril agar tubuhnya tak kemasukan kuman penyakit. Gara-gara kebersihan tak terjaga, gangguan saluran cerna anak jadi terganggu. Diare, misal.
Tahapan Yang Benar
"Sejak lahir hingga bisa makan layaknya anak besar, bayi perlu melalui beberapa tahapan. Melalui tahapan-tahapan itulah bayi belajar mengunyah, menelan, dan mencerna makanan dengan baik," jelas Bud i. Berikut garis besar tahapannya:
*Baru Lahir
Berikan ASI pada bayi sedini mungkin (begitu ia lahir). Waktu dan lama menyusui disesuaikan kondisi serta kebutuhan bayi. Ingat, ASI adalah makanan terbaik bagi anak.
Agar pemberian ASI memberi hasil maksimal, perlu"manajemen laktasi" yang dilakukan sejak kehamilan, saat melahirkan, dan sesudah melahirkan. Manajemen ini meliputi persiapan ibu yang sehat, makanan tambahan yang cukup, motivasi serta niat yang kuat, perawatan payudara, dukungan dari keluarga, pengetahuan tentang pentingnya ASI, serta teknik menyusui yang baik dan benar.
Bila pemberian ASI berjalan baik, "pabrik" akan berproduksi dengan baik. Begitu dikosongkan (diisap si kecil), tubuh segera memproduksi lagi.Di minggu pertama (4 -6 hari), payudara menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal berupa cairan kekuningan yang mengandung zat-zat kekebalan yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi saluran pencernaan.
Jika ASI mencukupi, bayi tak perlu diberi makanan tambahan sampai ia berumur 6 bulan (ASI eksklusif). Jika ternyata tak cukup, bisa diberi susu formula. Susu formula yang tepat adalah yang disukai bayi, yang membuat beratnya bertambah, tak menyebabkan muntah, kembung, dan diare, serta tak menimbulkan alergi.
*6 bulan
Mulai usia 6 bulan bayi dapat diberi buah-buahan seperti pisang dan pepaya dengan cara dikerok ataupun dibuat jus. Makanan padat bayi pertama, yaitu makanan lumat, juga bisa diperkenalkan, semisal bubur susu dari tepung. Ia pun dapat diberikan biskuit lunak. Baik makanan padat maupun buah, berikan 1 kali sehari.
Penting diingat, makanan ini bukan pengganti ASI, melainkan tambahan selain ASI/susu formula.ASI tetap diberikan selama beberapa waktu, bahkan selama mungkin hingga suatu saat makanan keluarga dapat sepenuhnya menggantikan peran ASI untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak.
*6-7
Saat ini bayi dapat diberi nasi tim yang merupakan makanan lunak campuran dan mengandung nutrien lengkap. Disebut lengkap karena terdiri dari beras, bahan makanan sumber protein hewani (hati, daging cincang, telur, ikan), dan bahan makanan sumber protein nabati (tempe, tahu), sayuran hijau, buah, serta wortel.
Selama periode ini, nasi tim disaring lebih dulu untuk memudahkannya menelan serta tak banyak mengandung serat yang dapat mempersulit pencernaan.
*8-12 bulan
Mulai usia ini, nasi tim dapat menggantikan bubur susu sepenuhnya, yaitu sebagai makan pagi, makan siang, dan makan malam. Sedangkan di atas usia 12 bulan, anak boleh diberi makanan sama seperti anggota keluarga lainnya. Tentu saja, dipilih yang lunak dulu.
Martin

Senin, 14 November 2011

Tips Balita Ikut Fashion Show

Usai mengajak balita menonton fashion show, tiba-tiba ia mengajukan permintaan, “Aku mau ikut fashion show seperti teman yang kemarin!” Hampir setiap hari ia minta pada Anda. Bukan lagi reaksi kaget yang muncul, tapi Anda bingung bagaimana caranya agar ia bisa ikut kegiatan fashion show. Berikut tipnya:
  • Daftarkan anak ikut seleksi model di beberapa agensi model anak.
  • Pilih agensi model yang khusus anak dan cocok untuk si kecil. Agensi model anak yang baik biasanya tidak mengubah gaya anak menjadi orang dewasa –baik dari segi pakaian, tatanan rambut dan make up– waktu fashion show disesuaikan dengan waktu ‘aktif’ anak, menanyakan terlebih dahulu kepada orang tua/wali dari anak untuk setiap pertunjukkan.
  • Tanyakan pendapat anak terlebih dahulu sebelum Anda memutuskan untuk mengikutsertakan ia pada sebuah agensi model atau sebuah pertunjukkan fashion show.
  • Jelaskan dan selalu ingatkan bahwa pakaian, sepatu maupun pernak-pernik yang akan dipakai itu bukan miliknya. Jadi ia harus menjaga dan merawatnya.
Laki-laki dan Fashion Show. Anak laki-laki ikut lenggak-lenggok di catwalk atau melihat pertunjukkan fashion show itu aneh, pasti ada yang salah dengan anak itu! Pernyataan ini sangat stereotype, sama halnya dengan anak perempuan harus pakai warna pink dan laki-laki dengan biru. Mereka memang berbeda jenis kelamin dan pada saat tertentu perlu dibedakan perlakuan pengasuhan. Namun, untuk menonton atau ikut fashion show, anak laki-laki boleh melakukannya. Sama seperti anak perempuan, anak laki-laki bisa belajar percaya diri, mengenal etika atau profesi dari pertunjukan fashion show. Ketakutan orang tua pada penyimpangan seksual tidak perlu terjadi bila Anda menjelaskan pada balita tentang jenis kelaminnya dan apa yang selayaknya dilakukan sesuai jenis kelaminnya.

Banyak Gerak Bikin Anak Cerdas?

Umumnya orangtua mengkhawatirkan anaknya yang tak bisa diam alias banyak gerak. Padahal gerak membuat otak terlatih. Semakin sering dilatih, otak akan berkembang dan itu berarti anak pun jadi semakin pintar.
Sudah kodratnya bahwa pertama kali manusia dikatakan hidup adalah saat ia mulai bergerak dalam kandungan ibunya. Sejalan dengan pertumbuhannya, gerak janin akan semakin kuat dan intensif yang menjadi tanda ia tengah beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu juga ketika lahir. Salah satu indikasi sehat tidaknya seorang bayi bisa dilihat dari gerakannya.
Bila lincah dan kuat gerakannya, dokter akan mengatakan kondisinya baik. Sebaliknya, bila cenderung pasif itu berarti ada sesuatu yang mencurigakan sehingga perlu diperiksa lebih lanjut. Nah, mengapa gerak memegang peran sangat penting? Bagaimana korelasinya dengan kecerdasan? Apa pula yang bisa dilakukan orangtua untuk merangsang gerak anaknya?
GERAK = RESPONS OTAK?
Rasanya sudah begitu sering orangtua mendengar nasihat para pakar untuk sedini mungkin memberi stimulasi guna merangsang kecerdasan anak. Meski tanpa diberi situmulasi pun bisa saja anak berkembang secara alami, namun hasilnya jelas tidak seoptimal anak yang mendapat stimulasi sejak dini. Selain hasilnya optimal, pencapaiannya pun bisa lebih cepat.
Kalaupun Gardner menegaskan ada 10 kecerdasan, bukan berarti di usia sekolah anak hanya perlu menekuni salah satu bidang saja, semisal matematika. Waktu pembelajarannya pun bukan hanya usia sekolah, melainkan jauh hari selagi masih dalam kandungan. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah menstimulasi lewat gerak.
Mengapa harus gerak? Tak lain karena gerak merupakan respons dari otak. Jika anak mendapat stimulasi/rangsang untuk bergerak, maka rangsang tersebut akan mengondisikan saraf-saraf otaknya bekerja. Kalau rangsang ini diberikan sejak dini, otak pun kian berkembang yang ditandai dengan perkembangan intelektual yang baik.
Nah, untuk mencapai hal tersebut, orangtua bisa menempuh banyak cara untuk memberi stimulasi gerak pada anaknya. Salah satunya lewat beragam permainan dengan segala variasinya. Dengan demikian, selain manfaat fisikal, anak pun akan memeroleh manfaat intelektual, emosional dan sosial. Tentu saja, orangtua maupun guru dituntut menciptakan kreativitas dalam memberi stimulasi gerak.
ANEKA RANGSANG GERAK YANG BISA DIBERIKAN
* Dalam kandungan
Saat hamil, elusan tangan ibu pada perutnya membuat janin merasakan adanya rangsang sentuhan. Rangsang sentuhan ini dapat diterima janin lewat saraf perabanya yang sudah mulai berfungsi. Rangsang yang diterima ini kemudian akan diteruskan ke otak dan otak akan memberi respons berupa gerakan. Tak heran kalau ibu hamil disarankan sesering mungkin mengelus-elus perutnya. Kalau rangsang gerak ini diberikan sedini mungkin, otak janin pun semakin terlatih dan berkembang.
* Usia bayi
Selain melalui rangsang sentuhan, berikan bayi stimulasi lewat kelima indranya, yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Saat bayi berusia 1-2 bulan, sentuhan pada tangan mungilnya yang menggenggam secara refleks akan membuatnya membuka genggaman tadi. Semakin sering stimulasi diberi-kan, si kecil akan belajar dan tahu bahwa tangannya bisa digerakkan membuka dan menutup.
Sementara sentuhan yang berbeda, semisal sentuhan di perut, kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya, akan mengondisikan otak untuk memberi respons yang berbeda pula. Berbeda dengan sentuhan yang lembut, gerakan kasar dan keras, apalagi mengagetkan, akan memaksa otak bekerja untuk segera mengatakannya sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan. Itulah mengapa "sentuhan" jenis ini membuat bayi terkejut atau malah langsung menangis. Untuk memperkaya pengalaman bayi, berbagai jenis sentuhan bisa diajarkan agar otaknya juga belajar menghasilkan berbagai respons berbeda. Inilah yang kelak akan mengasah kepekaan emosi dan kemampuannya berempati.
Contoh lain adalah memanggil namanya yang akan membuat saraf pendengarannya bekerja, yakni dengan menerima rangsang suara yang kemudian diteruskan ke otak. Selanjutnya, otak akan berespons untuk memerintahkan saraf kinestetik yang mengatur gerakan. Mekanisme seperti inilah yang akhirnya membuat bayi memberi respons gerak dengan menoleh ke arah datangnya suara yang memanggil tadi.
Ketika sudah berusia 3 bulan ke atas, beri bayi mainan di depannya, maka dia akan berespons meng-gapai mainan tersebut. Bisa juga goyang-goyangkan tangan dan kakinya. Prinsipnya, rangsang gerak motorik kasar maupun halusnya sesuai tahap perkembangan.
* Usia balita
Di usia ini semua indranya sudah berkembang baik. Semakin bertambah usianya, rangsang yang diberikan boleh semakin kompleks, bervariasi, bahkan sudah memiliki tujuan. Sementara anak pun umumnya sudah bisa merespons rangsang tersebut dengan lebih baik dan bervariasi. Hal ini menandakan otaknya semakin berkembang. Contohnya bila dipanggil sudah bisa mendatangi sumber suara, sementara gerakannya pun sudah kian bervariasi. ÃŽa kini tak sekadar menengok arah datangnya suara, melainkan menghampiri dengan berjalan atau bahkan berlari.
* Usia prasekolah
Beri anak rangsang secara konkret lewat permainan yang berkaitan erat dengan peman-faatan gerak motorik kasar dan motorik halus sekaligus mengasah kemampuan intelektualnya. Ajak anak bermain bola. Ia akan berespons dengan menangkap bola, melempar bola atau menendang-nendangnya. Ciptakan permainan yang interaktif, semisal dengan meminta anak mengambilkan bola warna tertentu. Permainan ini melatih otot dan fisiknya secara umum jadi lebih kuat. Secara intelektual pun kemampuan anak jadi terasah, tepatnya dalam hal konsep warna, bilangan dan sebagainya. Kenalkan juga anak pada permainan berkelompok maupun yang bersifat kompetisi. Permainan-permainan jenis ini akan merangsang perkembangan kemampuan emosional dan sosial anak. Istilahnya, stimulasi kinestetik.
* Usia Sekolah
Sama halnya dengan anak usia prasekolah, sampai anak kelas 4, berikan stimulasi kinestetik. Hanya saja setelah kelas 4, istilahnya adalah pendidikan jasmani, bukan pendidikan olahraga yang kesannya cenderung mene-kankan prestasi. Namun pada intinya sama, yakni memberi stimulasi gerak pada anak lewat permainan-permainan yang dapat mengasah motorik sekaligus kemampuan intelektualnya.
Dalam hal ini baik guru di sekolah maupun orangtua di rumah dituntut memiliki kreativitas guna menciptakan permainan-permainan untuk menstimulasi gerak anak. Toh, ada begitu banyak media yang dapat digunakan. Contohnya, pelajaran berlari yang bukan sekadar bertujuan mengukur kecepatan dan kekuatan otot anak. Makanya di sini harus ada unsur lain, seperti unsur kekuatan dengan melompat dan unsur keseimbangan dengan berlatih melewati balok titian. Sedangkan unsur intelektualnya dirangsang dengan kegiatan memasukkan beberapa bola warna tertentu atau bertuliskan kata-kata tertentu ke dalam sebuah keranjang. Lewat permainan tersebut berarti dikenalkan pula konsep bilangan, warna, dan bahasa, selain latihan fisik.
Permainan-permainan tersebut hendaknya tak cuma dilakukan di sekolah karena harus berkesinambungan. Di rumah, lakukan pula stimulasi lewat beragam permainan yang bervariasi dengan berbagai cara dan pola. Stimulasi yang diberikan ini diharapkan akan membuat perkembangan anak secara fisik dan intelektual jauh lebih baik ketimbang anak yang tidak/kurang mendapat stimulasi. Manfaat lain yang didapat, di usia dewasa gerak anak jadi sedemikian lentur/fleksibel.

Ragam Penyakit Jangka Panjang

Beberapa penyakit yang sering dialami anak-anak memang membutuhkan pengobatan jangka panjang. Inilah di antaranya:
1. TBC
Merupakan penyakit infeksi pada paru-paru yang disebabkan bakteri tuberkulosis. Kuman ini tergolong bandel karena bisa hidup di dalam sel-sel tubuh manusia selama berbulan-bulan bahkan dalam hitungan tahun. Untuk itulah, perlu pengobatan jangka panjang untuk membinasakan kuman tersebut. TBC rentan terjadi pada usia anak. Lantaran itu, setiap bayi dianjurkan untuk menjalani vaksinasi BCG sebagai upaya pencegahan.
2. Meningitis
Yaitu peradangan/infeksi yang terjadi pada selaput yang melapisi dan melindungi otak serta sumsum tulang belakang. Penyebabnya dapat berupa bakteri atau virus. Penyakit ini berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi saraf yang serius bahkan kematian. Pengobatannya diberikan rata-rata selama satu tahun.
3. Sinusitis
Merupakan penyakit infeksi yang mengenai sinus paranasal, yaitu rongga-rongga di sekitar hidung. Sinusitis terjadi akibat komplikasi dari penyakit jalan napas atas; hidung, tenggorokan, dan telinga. Mudah menyerang anak-anak karena daya tahan tubuh mereka masih belum optimal. Juga pada anak dengan gejala alergi yang mudah terjangkit batuk-pilek. Umumnya setelah menderita influenza, anak akan terkena sinusitis. Yang jadi masalah, sinus kadang kambuh jika cuaca sedang buruk. Inilah yang membuat pengobatannya mesti berlangsung lama. Sinus yang tergolong ringan saja harus diobati selama 2-3 minggu.
4. Asma
Adalah penyakit peradangan saluran napas akibat terjadinya peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Penyakit asma merupakan penyakit seumur hidup namun relatif mudah dikontrol. Pemberian obat diberikan berdasarkan gejala. Jadi ada penderita yang setiap hari harus mengonsumsi obat, ada pula yang saat kambuh saja. Obat dihentikan setelah gejala sesak napas hilang. Namun, bagi penderita yang sering kambuh ­ katakanlah mengalami serangan sesak hingga 2-3 kali sehari- umumnya harus menjalani pengobatan jangka panjang.
Hilman

Jumat, 11 November 2011

Bekerja Di Rumah, Mengapa Tidak?

Ada sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan masak-masak sebelum memutuskan untuk mulai bekerja di rumah. Pertimbangan apa sajakah itu?
Bila mulai berpikir untuk bekerja di rumah, ada baiknya Anda memiliki konsep bagus tentang bagaimana sebaiknya bekerja di rumah. Anda mungkin membayangkan, tak perlu lagi bangun pagi di jam tertentu, sarapan terburu-buru, duduk di ruang kerja, dan memulai pekerjaan dengan ceria.
Tetapi, pada kenyataannya tak selalu seindah yang dibayangkan, lho! Biasanya, seseorang justru harus bekerja lebih keras bila ia menekuni bisnisnya di rumah, dibandingkan bila bekerja di suatu perusahaan.
Memang, sih, bekerja di rumah akan memberi banyak keuntungan. Salah satunya, yang mendasari para ibu memilih menjalankan bisnis di rumah, adalah bisa dekat dengan anak. Nah, berikut ini sejumlah hal yang harus dipertimbangkan sebelum Anda mengambil keputusan bekerja di rumah.
1. Berapa Penghasilan Yang Diharapkan?
Sesudah menuliskan jumlah penghasilan yang diharapkan, tulis pekerjaan yang akan dilakukan di rumah dengan estimasi jumlah penghasilan yang akan diperoleh. Jangan lupa, perhitungkan pula tagihan telepon, listrik, dan peralatan lain yang digunakan jika memutuskan bekerja di rumah.
Lalu, bandingkan jumlah penghasilan tadi dengan jumlah penghasilan bila Anda bekerja di suatu perusahaan, sesuai dengan bidang yang dikuasai, lalu dikurangi uang transportasi dan uang makan yang harus Anda keluarkan.
2. Masih Perlukah Tambahan Fasilitas?
Pada umumnya, bekerja di rumah tak ada "benefit" seperti asuransi kesehatan atau asuransi jiwa. Namun, tentu saja ada beberapa pengecualian.
3. Pekerjaan Yang Tersedia
Bila dipekerjakan sebagai tenaga lepas misalnya, Anda harus mengerti, perusahaan yang pemberi pekerjaan tak wajib selalu memberi pekerjaan. Ada masa sibuk dan masa tenang.
Selama masa sibuk, mungkin Anda akan bekerja sampai 40-50 jam per minggu dan pada masa tenang hanya bekerja 10 jam per minggu. Bila penghasilan menjadi sangat penting bagi kebutuhan rumah tangga, Anda harus betul-betul menyadari hal ini.
Mungkin karena faktor itu pula, banyak orang memilih bekerja lebih dari satu jenis pekerjaan di saat yang sama, karena bila pekerjaan yang satu sedang tidak padat, mereka dapat mengerjakan proyek/ pekerjaan lainnya.
4. Apa Yang Memotivasi?
Bila Anda termasuk tipe orang yang selalu harus diberi dukungan dan dorongan, maka bekerja di rumah akan terasa sangat sulit. Anda harus betul-betul disiplin pada pekerjaan. Apalagi di rumah, Anda akan menghadapi banyak godaan.
Jadi, sikap disiplin, konsisten, dan fokus pada jadwal dan jam kerja yang telah ditentukan sendiri, harus ditaati. Persis seperti bila Anda bekerja di suatu perusahaan.
5. Keberatankah Dengan Suasana Sunyi?
Suasana bekerja di rumah tak sama dengan suasana bila bekerja di suatu perusahaan yang memiliki banyak pegawai. Bekerja di rumah, bila tak bekerja sendiri, paling hanya dibantu 1-2 asisten. Bila Anda biasa bergaul dan tak tahan dengan rasa sepi, bekerja di rumah akan terasa sulit dan menyiksa.
Tak mudah bagi Anda untuk menyesuaikan diri. Namun, walau bagaimanapun, Anda bisa tetap menjalin hubungan dengan teman-teman dan bertemu secara berkala. Bisa juga chatting dengan teman-teman melalui internet.
6. Fleksibilitas
Ada perusahaan yang meminta pegawainya bekerja sesuai jam kerja yang sudah ditentukan, tetapi ada juga yang lebih fleksibel dan mau menerima jam kerja yang Anda tawarkan, sebagai freelancer. Anda yang harus menentukan, tipe jam kerja seperti apa yang cocok bagi Anda. Pertimbangkan yang terbaik bagi Anda.
7. Penitipan Anak
Banyak kaum ibu ingin bekerja di rumah agar dapat memperhatikan anak sehingga tak perlu menitipkan anaknya di tempat penitipan anak. Padahal, bekerja di rumah dengan anak yang masih balita tidaklah mudah, karena perhatian Anda akan terbagi antara pekerjaan dan anak. Tetapi semuanya tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Semakin besar usia anak, semakin mudah bagi Anda untuk bekerja di rumah.
8. Pilih Pekerjaan Yang Disukai
Hal ini sangat penting! Mungkin saat ini Anda merasa tak penting dengan jenis pekerjaan, sejauh mendapatkan uang. Percayalah, hal ini tak akan bertahan lama. Untuk bekerja di rumah, yang Anda perlukan adalah selalu memiliki motivasi dan disiplin diri yang besar, ditambah jenis pekerjaan yang Anda sukai!
Anda harus menyadari, termasuk tipe bagaimanakah Anda untuk tipe pekerjaan yang cocok. Apakah Anda kreatif atau pekerja keras? Cari tahu visi Anda tentang bekerja di rumah dan temukan pekerjaan yang sesuai.
9. Apakah Memang Ingin "Bekerja"?
Bila seseorang mengatakan ingin bekerja di rumah, berarti ia tak menginginkan pekerjaan tetap dan tak mau terikat. Yang mereka inginkan adalah kebebasan untuk mengatur jadwal dan jam kerja, serta melakukan pekerjaan yang memang disukai.
Tentu saja tak ada yang tak mungkin. Demikian pula dalam menemukan jenis pekerjaan seperti yang diinginkan. Namun, hal ini tak semudah yang dibayangkan. Pertimbangkan untuk memulai usaha sendiri dengan memusatkan talenta dan kemampuan. Bila pengetahuan Anda mengenai wiraswasta belum memadai, mulailah dalami. Anda bisa tnemukan sumbernya dari internet, buku, seminar, atau orang yang berpengalaman.
Tanpa melihat jenis pekerjaan yang Anda tentukan, yang harus dipahami, bekerja di rumah tidaklah semudah yang dibayangkan dan juga sangat menantang. Tetapi, banyak yang telah melakukannya mengatakan, bekerja di rumah cukup menyenangkan. Nah, bila artikel ini memberi kesan bekerja di rumah mungkin tak cocok bagi Anda, jangan lupa bila Anda bisa saja berubah pikiran.
Bila tak terlalu termotivasi, sebaiknya pelajari dan cari tahu apa sebabnya. Berikan tantangan pada diri sendiri setiap hari dan perkuat disiplin diri. Bila kemauan cukup kuat, yakinlah Anda pasti dapat merealisasikannya. Jangan pernah menyerah pada impian Anda!
Aline (Tabloid Nova)

Kamis, 10 November 2011

Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga

Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?
“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara Ayahbunda beberapa waktu lalu. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan.
Ligwina memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1.    Pahami portfolio keuangan keluarga Anda. Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2.    Susun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3.    Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”. Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4.    Hindari hutang. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5.    Meminimalkan belanja konsumtif. Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6.    Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7.    Menabung, menabung, menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8.    Berinvestasilah! Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!